Pasangan di Kereta
Saya menulis tulisan ini ketika dalam perjalanan menuju Semarang menggunakan kereta. Ini merupakan perjalanan menarik karena dari rombongan 5 orang yang berangkat ada beberapa yang tertinggal karena datang terlambat ke stasiun, tapi bukan ini yang saya akan bahas, mungkin di blog berikutnya. Saya akan bahas pengalaman saya 4 hari yang lalu ketika saya pulang pagi hari dari kampung halaman saya di Indramayu ke Jakarta.
Pagi itu saya kembali ke Jakarta pukul 06.23 pagi hari menggunakan kereta dari kampung halaman saya di Indramayu, Jawa Barat. Perjalanan akan memakan waktu sekitar 162 menit. Diantar oleh orang tua saya yang masih senang mengantarkan saya ke stasiun seperti saat kuliah dulu, walau sekarang sudah satu tahun lebih saya lulus dari kampus.
Di kereta saya ambil segera ke kursi sesuai dengan tiket yang saya miliki, sampai di kursi saya pastikan baik-baik kalau itu adalah kursi saya, kemudian setelah yakin saya masuk ke barisan kursi (saya duduk di pojok dekat kursi) melewati seorang ibu muda yang membawa bayi. Belum badan saya menyentuh kursi, tiba-tiba seorang laki-laki memanggil saya, “Mas, boleh tukar kursi? Ini istri saya.”. Sebagai seorang yang punya aspirasi untuk menikah juga, saya dengan senang hati bertukar kursi walaupun kursi sang suami yang menawarkan ini tidak di pojok di sebelah kaca. Akhirnya, bertukar kursilah kita, mereka akhirnya bisa duduk bersama dengan lega, dan saya bisa duduk dengan lega juga, karena tujuan saya hanya satu yaitu untuk sampai Jakarta tepat waktu dan bisa langsung ke kontrakan tempat saya tinggal dan langsung berangkat ke kantor karena hari itu ada pertemuan seluruh karyawan mingguan untuk update di tempat saya bekerja.
Ada yang saya salut dengan sang suami, bagaimanapun dia tidak menggunakan sang pasangan dan bayi sebagai excuse untuk duduk di kursi yang belum/bukan haknya, dia tidak memilih langsung duduk di kursi yang saya pesan, tapi menunggu pemiliknya datang kemudian meminta izin, sikap yang saya hormati karena biasanya di pengalaman saya, yang terjadi justru orang langsung saja duduk tanpa izin terlebih dahulu. Dia bersabar dan ternyata yang pesan kursi di sebelah istrinya adalah saya yang mana bukan orang yang rewel, akhirnya mereka bisa duduk bersama naik kereta sambil merawat bayi mereka sampai ke Jakarta. Ini sejalan dengan kepercayaan saya bahwa kesempurnaan adalah hal-hal kecil yang dilakukan dengan hati dan benar. Semoga langgeng pernikahannya bapak-ibu yang saya tak tahu namanya.